Google analytics

ERA PENJAJAHAN DAN PENINDASAN

Akibat mata uang melemah terlalu dalam maka jurang si kaya dan simiskin makin melebar, teori empirisnya begini ; sikaya kebanyakan menyimpan uangnya dalam bentuk valas diluar negeri sedangkan si miskin dalam mata uang rupiah di dalam negeri. Jika mata uang melemah 40% maka kekayaan si kaya akan berlipat menjadi 1,4 kali sedangkan kekayaan simiskin akan aus 0.4 kali, lambat tapi pasti semua harga akan membuat keseimbangan baru di era globalisasi ini.

Permbangunan infrastruktur dan rasio ekonomi tidak berbanding lurus dengan kehidupan masyarakat, karena taraf hidup yang timpang. Sebagai ilustrasi pada era penjajahan Belanda infrastruktur tak-kurang kurang dibangun seperti Jalan Anyer-Panarukan, Jalam kereta Api, Pelabuhan, Pabrik-pabrik gula, dsb.

Demikian juga di era Soekarno sekalipun rakyat melarat tapi bisa dibangun Tugu Monas, Stadion GBK, bahkan kekuatan angkatan udara no 5 didunia hasil utang dari Rusia.




Keadaan sekarang ini kami bayangkan seperti dua keadaan diatas itu, dimana banyak masyarakat melarat susah hidup tapi pembangunan menggila dengan mengandalkan utang.

Menurut kami keadaan seperti ini sangat berbahaya karena hanya menghancurkan negara dikelak kemudian hari, dengan banyaknya utang dan tidak punya kemampuan menjaga mata uang, hal ini bisa berakibat utang akan menjadi berlipat ganda disaat jatuh tempo jika mata uang melemah.

Disemua negara yang menganut devisa bebas mata uang emang boleh berfluktuasi tapi tidak lebih 5%, di negeri ini bisa mencapai 30% bahkan 560% jika dibandingkan terhadap era orde baru.

Harapan masyarakat sejahtera sepertinya tidak akan mungkin tercapai jika parameternya seperti diatas, sekalipun RAPBN 2000 trilyun tapi tidak akan pernah mampu mengubah masyarakat miskin menjadi sejahtera. Karena tidak pernah mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang memadai untuk sejahtera, padahal mata uang melemah dan harga-harga melambung tinggi.

Sebagai contoh langganan listrik PLN penyedianya adalah negara, selain taripnya yang terus naik jika terlambat membayar terus saja ditagih layaknya utang di bank juga terancam diputus sambungan padahal ini adalah kewajiban negara melayani masyarakat tapi tak ada beda dengan berhubungan dengan orang asing.

Atau pedagang kaki lima yang kurang tertib, diperlakukan tidak manusiawi seperti bukan bangsanya sendiri. Padahal mereka miskin juga akibat negara yang tidak mampu mensejahterakannya hidup dinegara kaya raya, mestinya bisa dilakukan pendekatan secara manusiawi (berperikemanusiaan).

Jika kami boleh membandingkan sesungguhnya keadaan demikian tak jauh beda dengan masa penjajahan Belanda.

No comments:

Post a Comment