Makin panasnya kondisi di Laut China Selatan ini setelah Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ashton Carter mengingatkan bahwa reklamasi lahan dan penambahan jumlah personel militer di Laut China Selatan dapat berujung pecahnya konflik antar negara di kawasan Asia.
Berbicara di sebuah forum di Ronald Reagan Presidential Library di California, Sabtu (7/11/2015), Carter mengatakan kekhawatirannya atas konflik Laut China Selatan telah dibagi dengan negara lainnya.
"AS bergabung dengan semua orang di kawasan (Asia) dan sama-sama khawatir mengenai reklamasi lahan di Laut China Selatan," tutur Carter, seperti dikutip AFP.
Gesekan AS-Tiongkok meningkat akhir Oktober, saat kapal perang Negeri Paman Sam USS Lassen berlayar dalam jarak 12 mil dari pulau buatan Tiongkok di Laut China Selatan, tepatnya di area Kepulauan Spratly. Kehadiran kapal perang itu dianggap provokasi perang oleh China.
Setelah kejadian itu, Uni Eropa (UE) langsung mendukung Washington atas insiden di Laut China Selatan yang melibatkan kapal perang Amerika Serikat (AS) dengan kapal perang China.
Sementara Rusia mendukung China. Wakil Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov mengatakan Negeri Beruang Merah itu akan bergabung dengan China dalam latihan militer di Laut China Selatan.
Pengamat menyebut, saling klaim antara China dengan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) bisa memicu perang dunia habis-habisan. Pasalnya, ketegangan itu kini tidak hanya melibatkan Cina dan negara-negara ASEAN, tapi Amerika Serikat (AS) dan Australia ikut terseret.
Kekhawatiran pecahnya perang dunia akibat kisruh sengeketa maritim itu disampaikan Wakil Dekan Studi Bahasa dan Global Universtitas RMIT, Australia, Profesor Joseph Siracussa, belum lama ini.
Joseph Siracussa, menjelaskan dampak mengerikan dari konflik sengketa maritim itu di kawasan Asia Pasifik. "Ini adalah (masalah) nomor satu yang menyala di dunia. Ini akan ditonton semua orang," kata Siracussa.
"Begitu Anda mulai berpikir perang akan datang, Anda mungkin mendapatkannya," katanya lagi, seperti dilansir news.com.au.
"Ini mungkin bukan perang nuklir, tapi itu akan menjadi neraka yang berantakan dan Australia serta semua tetangganya akan diseret."
Menurutnya, AS tidak bisa membiarkan 1,5 juta mil persegi dari kawasan Laut China Selatan jatuh ke tangan China. "China mengatakan, bahwa mereka memiliki klaim untuk itu berdasarkan peta tahun 1948. Itu akan menjadi seperti seseorang yang mengaku setengah dari Australia berdasarkan peta bajak laut," sindir dia.
Siracussa juga memperingatkan bahwa klaim Beijing di atas wilayah dari Filipina dan Taiwan di Laut Cina Selatan bisa menyeret AS ke dalam konflik. Saling klaim itu dikabarkan tidak lepas dari potensi minyak yang sangat besar di Kepulauan Spratly dan Paracel.
----------------------------
Angkatan Laut AS Provokasi Tiongkok di Laut China Selatan, Perang?
Angkatan Laut Amerika Serikat melakukan provokasi di wilayah sengketa di sekitar Kepulauan Spratly, Laut China Selatan. Amerika berencana memperluas patroli ke wilyah yang dijaga ketat oleh Angkatan Laut Tiongkok tersebut. Meski sadar aksi tersebut bisa memicu reaksi keras dari Tiongkok, namun Kementerian Pertahanan AS justru memanas-manasi dengan mengklaim berhak menggelar patroli hingga latihan rutin di perairan ini sesuai hukum internasional. "Kami akan mengeliling separuh wilayah perairan (Spratly) atau kurang dari itu," kata pejabat Kemenhan AS yang tidak disebut namanya, seperti diberitakan Channel News Asia, Selasa (3/11). Deputi Penasihat Keamanan AS, Ben Rhodes, menjelaskan apabila manuver dari militer negaranya itu bertujuan mengingatkan semua pihak, bahwa Laut China Selatan adalah jalur pelayaran internasional. Siapapun berhak berlayar di kawasan itu. "Ada kepentingan kami disana, itu akan membuktikan bila kami akan menegakkan prinsip dari kebebasan berlayar," ujar Rhodes. Panasnya tensi di wilayah rawan konflik itu sebelumnya terjadi belum lama ini setelah militer Amerika mengirim kapal penghancur USS Lassen mendekat kepulauan Spratly. Di atas kertas, Tiongkok mampu mengimbangi militer Amerika jika perang meletus di kawasan tersebut. Seperti diketahui, Tiongkok memiliki teknologi canggih rudal supersonik YJ-18. Rudal itu memiliki kecepatan 1.000 km per jam dan bisa menjangkau sasaran 20 mil laut.
---------------------------
China Beberkan Strategi Hadapi AS di Laut China Selatan
China membeberkan strategi untuk menghadapi ancaman yang muncul di kawasan Laut China Selatan. Strategi yang tercantum dalam dokumen yang dirilis oleh Dewan Negara ini muncul di tengah semakin panasnya hubungan China dengan Amerika Serikat (AS).
Dalam dokumen tersebut, seperti dilansir Reuters pada Selasa (26/5/2015), mengungkapkan akan adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan militer mereka. Bukan hanya kemampuan bertahan, China juga akan mengembangkan kemampuan ofensif militer mereka.
"Untuk perlindungan di laut lepas, yang semula hanya dari sistem pertahanan, kini menjadi sistem bertahan dan menyerang," bunyi dokumen yang sudah disahkan oleh Parlemen Negeri Bambu tersebut.
Mereka juga melemparkan kritikan tajam atas tindakan beberapa negara di Laut China Selatan, yang menurut mereka sangat provokatif.
Senada dengan isi dokumen tersebut, Juru bicara Kementerian Pertahanan China Yang Yujun menyatakan, pesawat-pesawat mereka di kawasan sengeketa dengan Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei Darusalam tersebut, akan mulai menerapkan posisi ofensif.
"Angkatan Udara kami akan mengalihkan fokusnya, dari hanya bertahan, ke bertahan dan menyerang, dan untuk itu perlu dibangun sebuah pasukan dengan dukungan militer yang kuat," ucap Yujun.
Sebagai bentuk realisasi atas strategi yang ada di dalam dokumen tersebut, pemerintah China dilaporkan langsung menaikan anggaran militer mereka. Negeri Komunis itu juga meningkatkan kinerja satelit dan pesawat tanpa awak-nya untuk melakukan pemantauan di kawasan sengketa itu.
----------------------------
TNI AU Kirim Pesawat Tempur F-16 dan Hawk ke Natuna. Ada Apa?
Natuna - Laut China Selatan makin memanas setelah Amerika Serikat menurunkan armada kapal perangnya di wilayah yang diklaim China tersebut. AS berkepentingan membela negara sekutunya yang juga mengklaim Laut China Selatan sebagai wilayahnya. TNI pun tak tinggal diam.
TNI menyiagakan 20 ribu personel di Natuna. Tak cuma itu, selain tujuh kapal perang, TNI juga mengerahkan pesawat tempur Hawk dan F-16.
Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru juga mengerahkan pesawat tempur untuk meningkatkan patroli udara di perbatasan.
"Kondisi di Laut China Selatan semakin memanas, dan Indonesia perlu hadir di sana. Makanya dilakukan Operasi Baruna Nusantara. Itu yang patroli adalah Pesawat Hawk dan F-16," kata Komandan Lanud Roesdin Nurjadin Pekanbaru, Marsekal Pertama TNI Henri Alfiandi, Selasa (10/11/2015).
Sementara itu, tujuh KRI yang dikerahkan ke Laut China Selatan merupakan kapal perang tercanggih milik TNI AL. Kapal ini mampu memdeteksi kapal selam atau kapal lain yang menyusup ke wilayah Indonesia. Karena sebelumnya kapal selam dari AL negara asing sering melintasi wilayah Indonesia.
Informasi yang beredar sejumlah pasukan dari TNI AL maupun AU diperintahkan untuk bersiaga. Mereka yang akan mengambil cuti akhir tahun dibatalkan, dan tidak ada tentara yang boleh berlibur sembari menunggu perintah dari atasannya masing-masing.
--------------------------
Pasukan Elit Tiga Matra Dikirim ke Natuna
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) akan memperkuat perairan Natuna dengan menambah sejumlah kapal perang dan kapal patroli serta pesawat tempur guna mengamankan wilayah terluar yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan, terimbas panasnya konflik perebutan wilayah.
"Kita akan perkuat di sini (Natuna), baik dari TNI AD, TNI AL maupun TNI AU," kata Menhan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu saat melakukan kunjungan kerja ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (16/9). Personel itu berasal dari sejumlah pasukan elit di tubuh TNI, seperti Korps Pasukan Khas (Kopaskhas) TNI AU, Korps Marinir TNI AL dan Raider TNI AD.
Natuna, kata dia, nantinya akan dijaga satu kompi Kopaskhas, dua kompi Raider dan dua kompi Korps Marinir. "Nanti Raider yang ditaruh di Natuna adalah pasukan Raider plus, yang mampu menggunakan 'sea rider' dan mampu melalukan pertempuran di laut," kata Ryamizard.
"Disini pulau yang paling jauh di Utara, salah satu pintu gerbang Indonesia. Di utara di laut China selatan masih ada ketegangan, antara China dan beberapa negara Asean, seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Tentu Amerika juga akan hadir di tengah-tengah ketegangan ini," katanya.
Selain memberikan rasa aman bagi masyarakat Natuna, peningkatan keamanan juga akan berdampak pada sektor pembangunan dan ekonomi masyarakat. Rakyat Natuna akan merasa aman dan nyaman dalam mengembangkan kegiatan ekonomi.
"Kedatangan saya akan memberikan rasa aman terutama di Natuna. Kalau pintu gerbang kemasukan, artinya orang lewat tidak tahu ini bisa berbahaya jika sampai masuk ke jantungnya," ujarnya.
Oleh karena itu, Kemhan akan berkoordinasi dengan TNI untuk menambahkan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di Natuna. Menjaga keamanan negara, pemerintah Indonesia akan meletakkan satu flight atau empat unit pesawat tempur, tiga kapal perang jenis korvet, lima kapal patroli, dan dilengkapi dengan beberapa unit drone atau pesawat tanpa awak untuk menjaga Natuna. “Kapal perang dan patroli juga harus siap menangkap pencuri-pencuri ikan yang berkeliaran di perairan Natuna. Pokoknya akan kita bikin aman," tuturnya.
Empat pesawat tempur yang akan ditempatkan di Pangkalan Udara (Lanud) Ranai, Natuna, kata Ryamizard, bisa pesawat tempur Hawk 100/200 dari Lanud Pontianak dan F-16 dari Lanud Roesmin Noeryadin, Pekanbaru, Riau.
"Pesawat yang akan ditempatkan akan kita lihat lagi. Kita punya banyak F-16, sekitar dua skuadron, di Lanud Iswahjudi (Madiun) dan Lanud Roesmin Noeryadin, Pekanbaru. Di Pontianak kita juga punya Hawk. Penempatan empat pesawat ini akan dilakukan secara permanen," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini.
Selain itu, Kemhan juga akan melebarkan Landasan Udara Ranai di Natuna, sehingga di Lanud bisa dilandasi oleh dua pesawat tempur sekaligus jika dalam kondisi darurat. Lanud juga akan dilengkapi alutsista penangkis serangan udara dan drone yang akan terus memantau.
“Panjang landasan 2.500 meter saya kira sudah cukup. Lebarnya saja akan ditambah menjadi 35-45 meter, supaya dua pesawat tempur bisa terbang sekaligus. Paling tidak tahun baru akan dimulai. Landasan akan bagus, nanti pesawat komersil juga enak mendarat di sini," ucapnya.
--------------------------------
Militer Indonesia Ditengah Konflik Laut China Selatan
Kekuatan Militer Indonesia terus mengalami perbaikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini ditandai dengan bertambahnya kekuatan alutsista Indonesia disamping perbaikan system meski belum sempurna. Salah satu tantangan terberat bagi militer Indonesia kedepannya adalah konflik di Laut China Selatan, dimana terjadi klaim tumpang tindih terhadap wilayah di Laut China Selatan. Posisi Indonesia sebagai negara paling berpengaruh di ASEAN membuat Indonesia harus terlibat aktif menyelesaikan masalah ini.
Peningkatan kekuatan militer Indonesia ditengah meningkatnya tensi di konflik Laut China Selatan, memag satu hal yang harus dilakukan pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden Jokowi. Salah satu agenda modernisasi militer Indonesia di era pemerintahan Presiden Jokowi adalah program Minimum Essential Force (MEF) Renstra II yang akan dilangsungkan pada tahun 2015-2020 nanti. Maka kita berharap, kekuatan militer Indonesia 2015 – 2020 nanti juga akan mengalami peningkatan.
Permasalahan Konflik Laut China Selatan Sebagai Tantangan Militer Indonesia
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa konflik Laut China Selatan akan menjadi konflik paling panas yang terjadi di kawasan ASEAN. Hal ini karena China melakukan klaim sepihak wilayah di kepulauan Paracell dan Spratly yang terletak di wilayah laut China Selatan. Negara ASEAN lainnya seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei juga mengklaim wilayah tersebut sebagai wilayahnya. Parahnya lagi sesame negara ASEAN pun melakukan klaim tumpang tinding dengan negara ASEAN lain. Hal ini membuat konflik ini semakin rumit.
Konflik ini semakin memanas ditengah agresifitas militer China dalam mengklaim wilayah tersebut. China yang saat ini memiliki kekuatan militer yang sangat cepat perkembangannya, sepertinya berusaha untuk menggunakan kekuatan militernya dalam meningkatkan klaim sepihaknya. Tercatat kekuatan militer China sudah beberapa kali berhadapan dengan kekuatan militer Vietnam dan Filipina. Beberapa waktu lalu, angkatan laut China juga melakukan patrol di Laut China Selatan yang masuk ke wilayah Malaysia yang tentunya membuat berang negara tersebut.
Kekuatan Militer China yang sudah sedemikian kuat hingga membuat negara adidaya sekelas Amerika pun akan berhitung berulang kali sebelum menghadapinya. Hal ini juga membuat negara ASEAN yang terlibat langsung dalam konflik Laut China Selatan ini, mau tak mau juga meningkatkan kekuatan militernya. Sebut saja Vietnam yang menambah 6 unit Kapal Selam Kilo buatan Rusia dan menambah kekuatan pesawat tempurnya dengan tambahan puluhan pesawat tempur kelas berat Su-30MK2. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pesawat tempur Su-30MK2 adalah salah satu pesawat tempur tercanggih saat ini. Filipina yang dikenal memiliki kekuatan militer paling lemah pun sudah mulai menyadari kelemahannya dan sudah mulai meningkatkan kekuatannya untuk menghadapi China. Tercatat Filipina yang selama lebih dari 10 tahun tidak punya pesawat tempur, akhirnya memutuskan membeli 12 unit pesawat tempur F/A-50 dari Korea Selatan. Meski bukan pesawat tempur tercanggih dan hanya pesawat tempur kelas ringan, langkah Filipina ini sudah cukup baik. Selain itu, dikabarkan Filipina juga menerima hibah kapal perang dari Amerika.
Malaysia yang juga terlibat langsung dalam konflik ini, juga turut memperkuat armada militernya. Hanya saja proses modernisasi alutsista mereka sepertinya tidak berjalan cukup cepat. Hal ini karena banyak pengadaan alutsista mereka yang cukup tertunda tunda. Sebut saja pengadaan pesawat tempur pengganti Mig-29 Malaysia yang sampai saat ini tertunda. Proses yang tertunda ini sepertinya disebabkan oleh keterbatasan anggaran militer Malaysia yang pemerintahnya lebih mementingkan ekonomi negaranya.
Lalu bagaimana dengan Indonesia sendiri? Meski tidak terlibat secara langsung dalam konflik ini, maun tidak mau, cepat atau lambat, Indonesia akan terseret dalam konflik ini. Meski benar Indonesia harus mengedepankan diplomasi dan jalur damai lainnya, tetap saja Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan konflik ini. Mau tidak mau, kekuatan militer Indonesia harus terus di tingkatkan.
Untuk tahun 2015 sampai 2020 ini, penambahan alutsista TNI terbaru 2015-2020 ini tampaknya akan cukup banyak. Salah satunya adalah penggantian pesawat tempur F-5 TNI AU yang direncakan akan mendatangkan satu skuadron pesawat tempur tercanggih. Meski belum ada keputusan hingga kini, dipercayai bahwa pesawat tempur pengganti F-5 TNI AU ini akan segera menambah kekuatan alutista Indonesia 2015 -2020 nanti. Selain pesawat tempur Indonesia, kekuatan alutsista Indonesia juga akan segera di tambah dengan penambahan armada pesawat patrol maritim CN-235 MPA yang merupakan pesawat buatan Indonesia. Alutsista Indonesia juga akan ditambah dengan penambahan kekuatan kapal selam Indonesia dimana Indonesia sudah membeli 3 unit Kapal Selam DSME-209 atau yang sering disebut Improved ChangBogo dari Korea Selatan. Kapal selam ini direncakan akan tiba di Indonesia pada tahun 2016 sampai 2018 nanti. Dengan demikian Kapal Selam Indonesia akan segera bertambah menjadi 5 unit Kapal Selam.
Selain itu kapal perang Indonesia juga akan bertambah banyak. Tidak hanya kapal perang buatan luar negeri, Kapal perang Indonesia terbaru juga akan ditambah dari kapal perang buatan Indonesia seperti KCR-40, KCR-60, LST dan Trimaran. Alutsista TNI AL juga akan ditambah dengan kehadiran Kapal Perang Indonesia terbaru seperti 3 unti Light Fregat Bung Tomo Class dari Inggris. Selain itu juga ada penambahan 2 unit Kapal Perang Perusak Kawal Rudal (PKR) jenis Sigma-10514 dari Belanda.
Penambahan alutsista Indonesia yang akan menambah kekuatan militer Indonesia ini tidak lain adalah untuk menjaga kedaulatan Indonesia dari rongrongan negara lain. Termasuk menghadapi kemungkinan terburuk dari konflik laut China Selatan ini. Dan tentunya kita berharap sekali presiden Jokowi yang sudah menggaungkan Indonesia sebagai poros maritim dunia agar tetap menjalankan proses modernisasi militer Indonesia kedepannya.
Meski saat ini Indonesia tidak terlibat secara langsung dalam konflik laut China Selatan ini, namun tidak tertutup kemungkinan Indonesia akan terkena dampak buruk dari konflik ini. Maka mau tidak mau, Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuknya. Hal ini untuk memastikan Indonesia tidak terlambat memodernisasi militer Indonesia, supaya tidak memiliki nasib yang sama dengan Filipina yang baru memperkuat militernya ketika Konflik Laut China selatan ini sudah sedemikian panasnya.
Sekian dari penulis, semoga tulisan ini bermanfaat. Saran dan kritik silahkan disampaikan di form komentar dibawah ini.
--------------------------
Garangnya TNI hadapi agresi China di Laut China Selatan
1.Bangun pangkalan Sukhoi
Sejak 2014, TNI sudah membangun pangkalan jet tempur di Natuna. Tujuannya, agar unit Sukhoi Su-27 bisa bersiaga di kepulauan kaya minyak itu.
Pangkalan khusus Sukhoi akan dibangun dekat Bandar Udara Ranai yang memiliki landasan pacu 2,5 kilometer. Rencana itu disampaikan Komandan Pangkalan Udara Ranai Letkol Andry Gandi.
"Bandara ini sudah bisa dioperasikan malam hari dan memiliki radar yang terintegrasi," ujar Andry (27/3/2014) seperti dilansir Antara.
Shelter Sukhoi di Natuna sudah masuk APBN, melalui anggaran Kementerian Pertahanan. Perlu tambahan suplai listrik, serta area pendaratan yang lebih luas agar Sukhoi Su-27 bisa bersiaga di Natuna. Selain itu, Sukhoi Su-30 juga dirancang bisa mendarat di Ranai untuk operasi militer sewaktu-waktu.
Seri Sukhoi sejauh ini masih diparkir di Pangkalan Militer Makassar.
2.Perketat keamanan di Natuna
The Diplomat mencatat personel TNI menjaga ketat wilayah darat Natuna. Secara resmi TNI AD, mengakui menambah satu batalion infanteri untuk mengamankan pulau kaya kandungan gas tersebut.
Victor Robert Lee dari the Diplomat mengatakan penjagaan di Natuna sangat ketat. Setiap pengunjung yang tiba di Bandara Ranai diperiksa identitas dan keperluan lawatannya.
Selain di Ranai, kehadiran pasukan TNI disebar di pulau-pulau sekitar Bunguran. "Jadi tidak terfokus di Ranai atau Pulau Bunguran ini," kata Pangdam I Bukit Barisan Mayjen Lodewijk F. Paulus (18/6/2012).
Markas batalion tersebut di daerah Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur dengan nama Batalion Infanteri 135.
3.Tolak ajakan latihan bersama
Menteri Pertahanan China Chang Wanquan mengajak negara anggota ASEAN (Asosiasi Negara Asia Tenggara) untuk menggelar latihan perang bersama di Laut China Selatan. Ajakan latihan perang itu guna mengantisipasi kawasan yang memang dikenal rawan konflik.
Menanggapi itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan ajakan Menhan China itu harus dipikirkan secara matang. Sebab, latihan perang bersama, kata dia, justru akan meningkatkan tensi instabilitas di Laut China Selatan.
"TNI itu harus segaris dan mematuhi apa yang menjadi kebijakan pemerintah dalam hal ini kebijakan politik luar negeri pemerintah. Pemerintah Indonesia bertekad mewujudkan peace and stability, keamanan dan stabilitas di Laut China Selatan," kata Gatot di Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/10).
Gatot menegaskan, pemerintah telah menginstruksikan agar menjaga sikap untuk tidak ikut dalam kegiatan yang cenderung memicu instabilitas. Oleh sebab itu, TNI harus mematuhi instruksi tersebut.
"Pemerintah mengimbau agar semuanya tak menghadiri pelaksanaan kegiatan-kegiatan laut China Selatan yang dapatkan tingkatkan tensi stabilitas. Artinya diajak negara manapun di China Selatan karena untuk tingkatkan stabilitas di sana sebaiknya TNI tak laksanakan itu," ujarnya.
4.Kerahkan 7 kapal perang ke Natuna
TNI Angkatan Laut mengerahkan 7 kapal KRI untuk memberi deterrence effect kepada sejumlah negara yang bersengketa di wilayah perairan Laut Cina Selatan. Ketujuh kapal KRI tersebut sudah berada di Lanal Ranai, Natuna.
"Itu kan operasi rutin, kita kan dalam 365 hari kegiatan patroli itu kegiatan patroli pengamanan perbatasan, ZTE. Dan juga kegiatan patroli yang berkenaan dengan keadilan di laut, baik di Laut Natuna, Sulawesi, maupun Samudera Hindia. Termasuk yang sudah tergelar berkaitan dengan kerjasama bersama tetangga, patroli koordinasi," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Ade Supandi di Mabes Angkatan Laut, Cilangkap, Jakarta, Jumat (6/11).
Namun Laksamana Ade Supandi, tak menyebutkan tujuh KRI tersebut. Akan tetapi, dia mengatakan pihaknya melakukan pengawasan dan mengamankan jalur laut.
"Mengamankan jalur-jalur pendekat ke kita, jadi tidak bisa sembarangan. Terus ada kegiatan inventionaly belakangan ini dan baru menggerakkan unsur, sebenarnya kan nggak. Kalau di lihat dari laporan-laporan AL ke Mabes TNI itu adalah bagian dari komitmen dari Mabes TNI untuk menjaga kedaulatan NKRI, termasuk di Laut Sulawesi," kata mantan Pangarmatim ini.
--------------------------
Alutsista TNI Terbaru 2014
Alutsista untuk Tentara Nasional Indonesia di tahun 2014 in terus bertambah, dengan banyaknya alutsista yang berdatangan sepanjang tahun ini. Penambahan banyak alutsista baru ini membuat kekuatan alutsista TNI semakin baik dari waktu ke waktu. Namun tidak hanya berhenti ti tahun 2014 ini, karena tahun tahun mendatangpun, alutsista TNI akan terus bertambah seiring dengan proses modernisasi militer Indonesia yang terus berjalan.
Alutista TNI ini bisa dikatakan mengalami puncak kekuatannya di tahun 2014 ini sebagai hasil dari belanja alutsista yang digalakkan pemerintah memalui program Minimum Essential Force (MEF) Restra I yang sudah dijalankan pada tahun 2009 sampai 2014 ini. Hasil dari MEF I ini bisa kita lihat dalam event HUT TNI ke-69 yang dirayakan beberapa waktu lalu di Surabaya. Dalam event ini terlihat jelas kekuatan Militer Indonesia 2014 yang sebenarnya. Dalam event ini ada banyak sekali alutsista kelas wahid yang dipertunjukkan, diantaranya MBT Leopard, KRI Bung Tomo Class, Su-30/27, dan masih banyak lagi.
Lalu apa saja sih alutsista TNI terbaru 2014 yang sudah diterima Indonesia sepanjang tahun 2014 ini. Berikut datanya saya sampaikan dibawah ini
Daftar Alutsista TNI Terbaru 2014 : TNI AD
Alutsista TNI AD terbaru dalam tahun 2014 ini sejatinya sangat banyak sekali. Bisa dibilang bahwa alutsista TNI AD mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam tahun 2014 ini. Bagaimana tidak, karena alutsista TNI AD dilengkapi dengan banyak alutsista modern kelas wahid, diantaranya adalam MBT Leopard, Howitzer 155mm Caesar, MLRS Astross II Mk6 dan masih banyak lagi. Bahkan Alutsista TNI AD akan dilengkapi dengan Helikopter serang terbaik dunia yaitu AH-64E Apache dari Amerika serikan beberapa tahun mendatang.
Berikut daftar alutsista TNI AD terbaru tahun 2014 ini :
a. 103 unit MBT Leopard 2A4/2RI (sekitar 30 unit sudah tiba di Indonesia)
b. 50 unit IFV Marder (sekitar 22 unit sudah tiba di Indonesia)
c. 38 unit Howitzer 155 mm Caesar ( 4 unit sudah tiba)
d. 36 unit MLRS Astross II Mk6 (beberapa sudah tiba di Indonesia)
e. 24 unit Heli Bell-412 EP (sebagain sudah di serahkan sejak 2013)
f. 12 unit Heli serang Fennec (sebagian akan direahkan tahun ini)
g. Upgrade AMX-13 (sedang berjalan)
h. Panser Anoa (produksi dalam negeri)
i. 5 Battery Rudal Starstreak
j. 5 Battery Rudal Mistral
Selain itu, masih banyak lagi alutsista TNI AD yang sudah dipesan namun menunggu kedatangannya beberapa tahun mendatang. Diantaranya adalah :
a. 180 unit Rudal Anti Tank Javelin
b. 150 Rudal Anti Tank Nlaw
c. 8 unit Helikopter Serang AH-64 E Apache
d. dll
Daftar Alutsista TNI Terbaru 2014 : TNI AU
Selain TNI AD, alutsista TNI AU juga mengalami banyak sekali penambahan sepanjang tahun 2014 ini. Pesawat tempur Hibah Upgrade F-16 ‘setara’ Block 52 dari Amerika sudah mulai berdatangan. Berikut daftar alutsista terbaru 2014 untuk TNI AU :
a. 16 unit Super Tucano EMB-314 (8 unit sudah datang)
b. 16 unit T-50i (sudah datang semua)
c. 24 unit F-16 setara Block 52 (5 unit sudah tiba)
d. 9 unit pesawat angkut C-295 (7 sudah diterima)
e. 9 unit Pesawat Angkut C-130 H (2 unit sudah diterima)
f. 6 unit Heli Cougar (dalam proses produksi)
g. 1 Simulator Sukhoi
h. 2 Battery Skyshield 35 Mk-2 (sudah tiba)
Selain itu, alutsista TNI AU juga akan ditambah dengan Upgrade 10 F-16 Block 15 OCU, penggantian F-5 TNI AU, penambahan 7 unit C-295 dan lainnya. Penambahan alutsista ini akan membuat alutsista TNI
Daftar Alutsista TNI Terbaru 2014 : TNI AL
Alutsista TNI AL juga tidak ketinggalan menambah jumlahnya. Sebut saja Kapal perang KRI Bung Tomo Class yang merupakan ex NR Class yang batal di beli Brunei. Alutsista TNI AL terbaru di 2014 ini adalah sebagai berikut :
a. 3 unit pesawat patrol Maritim CN-235 MPA (akan tambah 2 unit lagi)
b. 37 unit Tank Amfibi BMP-3F (sdauh tiba)
c. 5 unit BTR-4
d. 11 unit Heli Anti Kapal Selam Panther
e. 3 unit Light Fregat Bung Tomo Class (sudah tiba)
f. 3 unit KCR-60 (akan ditambah)
g. 8 unit KCR-40 (akan ditambah)
h. 3 unit Kapal LST (1 sudah disreahkan)
i. 2 Kapal perang jenis Bantu Cair Minyak
j. dll
Selain itu TNI AL juga akan menambah alutsistanya dengan mendatangkan 3 unit Kapal Selam DSME-209 dari Korea Selatan yang saat ini masihd alam pengerjaan. Selain itu, 2 unit kapal Perang jenis PKR (perusak Kawal Rudal) Sigma-10514 juga sedang dibuat di Bleanda dengan opsi penambahan sampai 10 unit. Kapal latih layar pengganti KRI Dewaruci juga sedang dibuat di Spanyol.
Alutsista TNI 2014 : Militer Indonesia makin disegani
Penambahan kekuatan alutsista TNI 2014 ini membuat militer Indonesia semakin disegani oleh negara lain. Negara lain tidak lagi bisa meremehkan kekuatan militer Indonesia karena sudah di dukung oleh alutsista yang cukup berotot. Dan modernisasi militer Indonesia ini akan terus dijalankan oleh pemerintah kedepannya, sehingga alutsista TNI akan terus bertambah dari tahun ketahun.
No comments:
Post a Comment