Kalo melihat gejala, tanda-tanda, sinyalemen, yang terjadi di negeri tercinta ini rasa-rasanya makin lama makin tak karuan, moral, budaya dan peradabannya makin runtuh. jika hal ini terus berlangsung dan ter-akumulasi tak tertutup kemungkinan akan terjadi huru-hara besar 'turbulensi' pada bangsa ini.
Dimulai dari gagalnya tinggal landas 'runtuhnya orde baru' memasuki era reformasi dari situlah pondasi berbangsa dan bernegara berantakan. Bangsa Indonesia yang harusnya dimaknai sebagai Penduduk Asli yang mensyaratkan Presiden/Wakil nya sebagai bangsa Indonesia 'penduduk asli' pribumi dikecohkan menjadi WNI saja, dengan demikian siapapun yang memenuhi syarat asal Warga negara Indonesia (WNI) dimungkinakan menjadi Presiden/wakilnya jika hal ini sampai terjadi dapat dikatakan Bagsa ini telah dikuasai bangsa asing dengan kata lain dijajah, tak beda jauh seperti zaman penjajahan Belanda atau Jepang, hanya modelnya yang tidak sama tapi maknanya sama yaitu penjajahan.
Makna pemilihan langsung yang di klaim sebagai roh nya demokrasi, tapi apa lacur pada kasus pilkada DKI yang menggunakan kaidah pilkada langsung realitanya gubernur sekaraang ini adalah hasil penetapan akibat dari gubernur yang sesungguhnya 'hasil pilihan langsung' mengundurkan diri dengan sengaja dan ternyata undang-undang memboleh kannya, lagi-lagi kebodohan bangsaku ini dipecundangi dengan menistakan makna pilihan langsung atas nama undang-undang.
Gubernur hasil penetapan itu sekarang bak meteor didorong roket media berbahan bakar uang negara, tak henti-hentinya tiap menghiasi media bak pahlawan kesiangan bagai pembela pribumi 'menghibahkan' uang negara ke TNI/Polri kok bisa? emang TNI/Polri kere gak ada anggaran? ditelantarkan oleh nagara? kenapa harus dengan kata-kata hibah? seakan-akan hibah itu uang sang gubernur padahal itu uang negara.
Ealah..bangsaku nasibmu mentalmu kok 'kere' nemen, kenapa tak ada yang berani menolak? kenapa tak ada yang berani meluruskan tipu muslihat pencitraan ini?
Aseng- ya aseng yang telah menguasai ekonomi negeri ini, kini mulai menampilkan diri bak pahlawan lebih hebat, lebih nasionalis dari pribumi yang palingnasionais sekalipun 'katanya'. masih ada yang percaya? Oh My God betapa tolol nya bangsa ini, elit, cendikiawan, cerdik pandai pada kemana? apakah benar bangsa ini moralnya telah luluh lantak demi uang atau sesuap nasi? Duh Gusti mimpi apa bagsa ini.
Ada lagi seorang pemimpin keblinger mengeluarkan 'Sabda' bak Rosul, Ya Tuhan ampuni, sadarkan pemimpin kami sebelum Kau turunkan murkaMu.
Sejatinya jumlah para elit / peminpin itu tidak banyak tidak lebih dari 5% dari jumlah penduduk negeri ini, tapi karena memegang kuasa dan pengaruh sepertinya seluruh bangsa ini moralnya sudah hancur, tak ada lagi rasa kebangsaan kecuali dibibir yang bertujuan untuk menipu, nyatanya tindakan dan realita jauh dari rasa kebangsaan bak api jauh dari panggang.
Saudaraku sebangsa dan setanah air dari Sabang - Merauke, amatilah peristiwa-peristiwa yang terjadi dan rasakan kehidupan bermasyarakat sehari-hari, hampir tidak ada kebijakan yang berpihak pada bangsa ini, lihat semua pembangunan berbasis import, beli dan utang, lalu kapan bangsa ini berkarya, mandiri, kenapa para pemimpin menerapkan kebijakan konsumtif?
Sungguh rasa jiwa ini sangat galau melihat tingkah polah bangsa aseng yang makin merangsek memasuki segala lini kehidupan menyingkirkan peran pribumi dan bergaya sok 'pahlawan'.
Besama ini kami mohon dengan sangat lagi hormat agar seluruh komponen bangsa 'pribumi' bersatu padu, mandiri tidak menjadi antek aseng, melacurkan kekuasaan, mengkhianati ibu pertiwi.
------------
ditulis dengan gaya dan bahasa bebas berdasar analisa mosaik.
No comments:
Post a Comment