Bangsa itu menghuni disuatu negeri di utara kuru, disitu tidak ada panas yang sangat dan tidak ada dingin yang menggigil, semuanya tenang-tenang, adem ayem 'mangan ra mangan ngumpul'. Punya peradaban yang lumayan tinggi ditandai dengan berbagai kerajaan, prasasti sejarah dan fosil pithecanthropus erectus, itu pertanda bahwa bangsa itu sudah ada sejak zaman bahuela beribu-ribu tahun lamanya. Namun sepanjang perjalanannya bangsa itu hobynya berkelahi mungkin oleh sebab karakternya yang masih primitif hingga mudah sekali diadu domba dari keberadaan bangsa ini mulai dari zaman raja-raja sampai era reformasi sekarang ini, sejatinya karakter bangsa ini belum berubah (masih primitif).
Kesukaan lainnya pamer baik harta maupun tahta maka jangan heran kalau mendapati para penguasa yang belagu, diktator atau para selebritis yang bergaya hidup aduhai dan berpenampilan semolohai, ber-iringan-iringan dengan moge atau konvoi dengan ferrary sepanjang jalan yang dihuni masyarakat miskin. Sekalipun mayoritas mengaku beragama tapi tidak tercermin dari tindak-tanduk, sepak terjang kehidupannya sehari-hari dan gaya hidupnya. Kalau sedang memberi sukanya dipamerkan diundang semua media agar jutaan mata manusia bisa menyaksikan kalau sang idola sedang bermurah hati kebanyakan uang, uang dari mana tidak penting sekalipun itu uang hasil melacur (melacurkan tubuh, kekuasaan, jabatan dan profesi bahkan melacurkan negeri).
Bangsa ini kekayaanya tak berhingga tak terhitung dengan jari maupun digit aritmatika membuat semua bangsa didunia terpesona dan mengincar untuk merampoknya. Negeri Belanda, Jepang dan Amerika yang begitu makmur tidak bisa dilepaskan dari sejarah negeri ini, andai saja negeri ini tidak ada boleh jadi negeri-negeri itu tidak semakmur sekarang.
Tidak salah kalau China iri juga, mulai dari 1965 mencoba merebut negeri ini lewat campur tangan PKI dan kini CHina telah berhasil menguasai hampir 80% aset negeri ini (hasil mempecundangi Soeharto) bahkan kini berhasil memasuki dunia politik setelah sebelumnya (di era reformasi) berhasil menyusup ke Parlemen dengan mengacak-acak pondasi berbangsa dan bernegara untuk mempersiapkan payung hukum yang nota bene mengincar kekuasaan, jika aset dan kekuasaan sudah berhasil digenggam habislah nasib bangsa ini karena kekejamannya tak jauh beda dengan para penjajah lainnya (tidak ada penjajah yang tidak kejam) buka mata kasus-kasus di DKI.
Apa lacur nasib bangsa ini yang berpenghuni 250 juta makhluk manusia terdiri dari ratusan suku dan berbagai agama tersebar dari Sabang sampai Merauke dikenal dengan istilah Nusantara separoh lebih hidup dibawah garis kemiskinan. Sekalipun saudara-saudaranya sudah berhasil menduduki jabatan tinggi berpangkat dipundak dan banyak tanda jasa didada atau bereselon tinggi tidak ada nasib yang berubah kecuali hanya diberi janji-janji palsu seperti anak dinina bobokan. Jika berani sedikit melawan hanya karena mempertahankan hak hidup yang paling dasar jangan ditanya bisa bernasib seperti binatang, bisa ditendang atau dihajar tanpa belas kasihan hingga tak berdaya.
Bangsa primitif itu lebih dari kejam karena semua dilakukan dengan sadar dengan perencanaan tanpa merasa bersalah sekalipun itu harus menghancurkan kehidupan umat manusia (saudaranya sendiri sekalipun) jika kepentingannya terganggu atau dipermalukan.
Saudaraku sebangsa dan setanah air dari sabang sampai Merauke, hanya ada satu cara untuk bisa merdeka berdaulat adil dan makmur yaitu kekuasaan dan aset Sumber Daya Alam harus dikuasai oleh bangsa sendiri tidak boleh dikontrol oleh asing/aseng. Tidak pernah ada bangsa asing/aseng yang membela bangsa kita (pasti akan membela bangsa nya sendiri) kecuali hanya omong kosong untuk menarik simpati agar tujuannya tercapai menjajah bangsa ini.
Mari bersatu padu (sebagai Bangsa Indonesia) kesampingkan perbedaan Suku dan Agama terutama para pemegang kuasa agar tidak mengkhianati bangsa melaksanakan sumpahnya rebut kemerdekaan sejati dari para penjajah asing/aseng membangun negeri, mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran untuk seluruh bangsa Indonesia.
Merdeka atau Mati..!
No comments:
Post a Comment