Google analytics

DEMO MAHASISWA menginap di Depan Istana Merdeka

Aksi Mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabodetabek dan Banten menggelar demnostrasi di depan Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis ini (10/9). Mereka mendesak Presiden Joko agar segera menyelamatkan perkenomian Indonesia yang amburadul dan juga nilai tukar rupiah yang ambrol di hadapan dolar Amerika Serikat. Mereka juga berharap dapat bertemu Joko untuk mendiskusikan persoalan bangsa dan negara ini. Namun, menurut mereka, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki tak bisa mengusahakan pertemuan tersebut.

Seperti diinformasikan akun Twitter @BEMUI_Change, para mahasiswa memutuskan untuk bermalam di depan istana. “Tenda sudah berdiri! Kami siap menginap, Kawan-Kawan, demi memperjuangkan kepentingan rakyat!” tulis admin akun tersebut.


Informasi ini juga disampaikan Ketua BEM UI Andi Aulia Rahman lewat akun Twitter-nya. “Mahasis InsyaAllah #BermalamDiIstana untuk melanjutkan aksi. Bismillah. Saat ini masih bertahan dengan ratusan mahasiswa yang lain,” tulis Andi.

--------------------------------
Tak Konsisten, Amerika dan Eropa Mulai Tinggalkan Jokowi

Pemerintahan Presiden Jokowi, menurut pengamat sosial-politik Yasraf Amir Pilliang, mulai ditinggalkan Amerika dan Eropa. Pasalnya, Jokowi dinilai tidak konsisten dalam berbagai kebijakan politik.

“Amerika dan Eropa sudah tidak percaya (terhadap Jokowi-red). Ini akibat inkonsistensi yang berujung pada masalah ketidakpercayaan,” ujar Yasraf saat menyampaikan pendapatnya dalam diskusi ‘Memotret Krisi Indonesia’ di Jakarta, Kamis (10/9/2015).

Yasraf yang mengulas kepemimpinan Jokowi ini mengungkapkan inkosistensi itu merupakan salah satu ukuran paling menonjol terjadinya krisis kekuasaan saat ini. Krisis kekuasaan merupakan akar dari berbagai krisis.

“Krisis kekuasaan terjadi karena orang yang diberi amanah berkuasa tidak memiliki kepatutan menjalankan kekuasaan,” ujar dia. Itu ditandai tidak punya kharisma, tidak berwibawa, tidak memiliki kemampuan komunikasi dsbnya.

Terjadinya krisis kekuasaan yang tidak lepas dari krisis ekonomi, politik dan legitimasi ini dinilai bisa membahayakan. Pasalnya, bisa memicu disorganisasi berupa revalitas lembaga negara, DPR, militer, masyarakat akibat indisipliner.

Lebih jauh Yasraf mengungkapkan pemerintahan Jokowi juga disorientasi. “Ibarat berada dalam perahu tak tahu dari mana dan hendak menuju kemana. Jadi seperti mengambang diatas air saja,” papar dia

No comments:

Post a Comment