Google analytics

PEMIMPIN ADALAH LAMBANG

Pemimpin suatu negara atau daerah sebenarnya bermakna sebagai lambang negara atau daerah itu.

Sistem demokrasi memihak pada suara terbanyak sebagai pemenang, suka atau tidak itulah azas demokrasi.

Negeri dengan populasi penduduk asli terbesar yang menganut sistem demokrasi dapat dipastikan akan melahirkan pemimpin dari panduduk asli setempat jika sistem demokrasi berjalan dengan benar tidak curang atau tidak direkayasa.

Beda dengan Amerika/Australia penduduk aslinya (Indian/Aborigin) adalah minoritas, jika negeri itu menganut sistem domokrasi tentu saja tidak aneh jika pemimpin yang terpilih adalah bangsa pendatang. Lagian negeri Amerika dan Australia dibentuk oleh para pendatang,

Lain pula dengan Indonesia keberadaannya sudah ada sejak zaman para raja bahkan ditemukan fosil Pithecanthropus Erectus dan beberapa peninggalan sejarah seperti cadi Borobudur, Prambanan, dan berbagai budaya.

Negeri ini juga direbut dengan darah dan air mata dari penjajahan Belanda dan Jepang oleh para pahlawan pejuang kemerdekaan, yang berjuang selama ratusan tahun.
Para pendiri bangsa sudah benar meletakkan podasi berbangsa dan bernegara dengan Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal ika.




Makna Pasal 6(1) UUD 1945 bahwa Presiden dan Wakil Presiden adalah orang Indonesia Asli dilatar belakangi uraian diatas. Para pendiri bangsa berfikir jauh kedepan pasal tersebut dimaksudkan untuk membentengi dari bahaya penjajahan yang di legalisasi.

Dan ternyata setelah 53 tahun kemerdekaan tepatnya di era reformasi pondasi berbangsa dan benegara itu telah dihancurkan dicabik-cabik mengakomodasi kepentingan penjajah yaitu dengan mengubah persyaratan seorang Presiden/Wakil dari 'indonesia Asli menjadi hanya Warna Negara Indonesia.

Rupanya ada yang terlupa para pendiri bangsa lupa tidak mendefinisikan makna Bangsa dan Warga Negara. Penjajah melihat celah ini yang melahirkan PERUBAHAN Pasal 6(1) UUD 1945 menjadi Presiden/Wakil adalah Warga Negara Indonesia (WNI).

Makna bangsa dan warga negara tentunya tidak sama, bangsa adalah penduduk asli negeri itu sedangkan warga negara bangsa mana saja bisa menjadi warga negara.

Artinya negeri ini secara konstitusi terbuka (welcome) terhadap penjajahan oleh bangsa asing. Dengan kata lain era reformasi itu telah MENGKHIANATI para pendiri bangsa.

Kami sebagai generasi penerus putra/i ibu pertiwi merasa sedih dan menangis melihat keadaan ini, dimana-mana diberbagai media diteriakkan bangsa indonesia cinta tanah air, NKRI harga mati, PADAHAL YANG TERJADI SEBENARNYA BANGSA INI SUDAH TERJAJAH DARI SEMUA LINI BAIK SECARA EKONOMI MAUPUN KONSTITUSI.

Penjajah dengan lihai memainkan peran mengadu domba perbedaan agama, suku dan golongan, dan bangsa ini suka sekali membuat golongan-golongan itu tercermin dari menjamurnya partai politik dinegeri ini. Mereka merasa bangga dan benar sendiri dengan golongannya bahkan tidak segan-segan saling memfitnah, adu otot dan pertengkaran lainnya. Bahkan beberapa golongan merapat (menjadi antek) penjajah dan rela bertengkar dengan bangsa sendiri.

Generasi penerus era reformasi ini adalah generasi kerdil, berpikiran picik, bermental bobrok dan pengkhianat. tidak bisa menghargai para pahlawan sampai melacurkan negeri hanya untuk melampiaskan syahwatnya.

Akibatnya adalah masyarakat menjadi korban, kemiskinan, kebodohan, pengangguran merajalela. menjadi pandangan biasa pada setiap sudut kota dan desa dinegeri yang kaya raya subur makmur. Kenapa itu bisa terjadi? karena kekayaan mengalir keluar negeri memakmurkan negeri sebelah dan sekelompok kecil pengkhianat dan para penjajah (kaum imperialis).

Miniatur surga sebenarnya telah diciptakan Tuhan di negeri ini, rahmat Tuhan telah dilimpahkan yang tak ada di negeri lainnya. Itulah kenapa negeri ini selalu menjadi rebutan para penjajah bak seorang gadis cantik nan molek.

Saudaraku sebangsa dan setanah air dari Sabang - Merauke, bersatulah jangan terpecah belah mudah diadu domba, leluhur kita sudah mewariskan Bhinneka Tungal Ika, jangan beranjak dari itu.

Tidak ada alasan bangsa ini untuk miskin jika bangsa ini bisa berhenti bertengkar dan memahami makna Bangsa Indonesia.

NKRI harga mati adalah slogan yang kurang pas, lihatlah panjajah menjarah didepan mata, kekayaan mengalir keluar negeri, aset-aset negara di jual, kekuasan digenggam mereka (melalui antek-enteknya) mata uang rontok tak bernilai.

Lalu apa makna NKRI harga mati? kalau mereka penjajah leluasa menguras semua isi perut bumi, mengendalikan negeri atas kemauan mereka? sementara separuh lebih penduduk (pewaris negeri) miskin dan bodoh?!

sungguh NKRI harga mati hanya seperti GIGIT JARI. Apa artinya mempertahankan wilayah jika isinya disedot penjajah.

Bangkitlah Bangsaku - Baangkitlah Negeriku - Rebut Kembali Kemerdekaan itu.


No comments:

Post a Comment